Siklus Hidup Sistem
TUGAS
MAKALAH
JUDUL
SIKLUS HIDUP SISTEM
DISUSUN OLEH
:
TRI AGUNG LAKSONO
46209500
D3 AKUNTANSI KOMPUTER
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………..i
DAFTAR ISI
………………………………………………………….....ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
……………………………………………………..2
BAB III PENUTUP
………………………………………………………….....12
DAFTAR
PUSTAKA
…………………………………………………….14
BAB I
PENDAHULUAN
Siklus hidup system adalah
deskripsi dari tugas implementasai yang akurat yang harus dilakukan. Polanya
didasarkan pada pendekatan system yaitu dengan memahmi apa yang akan dilakukan,
mempertimbangkan pemecahan alternative, menentukan yang terbaik,
mengimplementasikannya, dan melakukan tindak lanjut. Interpretasi siklus hidup
ada empat fase yaitu:
(1) Fase perencanaan, yang merupakan tanggung jawab manajer, manajer
mendefinisikan masalah yang akan dipecahkan atau tujuan yang akan dicapai, dan
spesialis informasi memberikan dukungan kepadanya dan diperlukan pengontrolan
atas proses yang dijalankan oleh spesialis informasi.
(2) Fase analisis dan disain adalah studi mengenai system yang dilakukan
oleh analis system.
(3) Fase penimplementasian melibatkan semua spesialis informasi yang
menyusun sumber yang diperlukan.
(4) Fase pengoprasian, spesialis informasi terutama operator, menjadikan
sumber agar dapat digunakan oleh pemakai.
Tujuan steering committee
(komite pengarah) adalah untuk memberikan pedoman pelaksanaan, pengarahan, dan
pengontrolan . Bila perusahaan menetapkan steering committee dengan tujuan
untuk mengarahkan penggunaan sumber komputerisasi perusahaan, maka biasanya
akan digunakan istilah SIM committee (komite SIM). Fungsi dari komite SIM
adalah untuk menetapkan kebijaksanaan guna untuk memastikan dukungan komputer
terhadap tujuan perusahaan, juga memberikan pengontrolan fiskal dengan cara
bertindak sebagai yang berwenang member persetujuan untuk pemintaan dana yang
ada kaitannya dengan computer dan mengatasi konflik yang berhubungan dengan
proiritas penggunaan computer, yang muncul dalam perusahaan. Tanggung jawab
dari team proyek adalah untuk mengimplementasikan system tertentu untuk
memenuhi kebutuhan perorangan atau kelompok dalam organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Fase
Perencanaan
1.
Mengenali Masalah
CBIS
yang diprakarsai eksekutif memiliki dua karakteristik yaitu, mempunyai cakupan
yang luas dan berpengaruh terhadap tampilan jangka panjang
perusahaan.Permintaan pelaksanaan proyek CBIS berasala dari manajer tingkat
bawah. Karena tiap hari mereka berhubungan dengan system mereka, sehingga lebih
tau kesulitan dan peluang yang ada.Spesialis informasi bekerja di balik layar,
sehingga tidak mengetahuai adanya masalah pada proyek CBIS. Sehingga ia
membutuhkan bantuan dari orang lain yang mengetahui adanya masalah.
2.
Mendefinisikan Masalah
Manajer
hanya perlu mengidentifikasi dimana masalah itu berada dan apa kesalahan
umumnya lalu mencari pemecahannya. JIka manajer tidak ingin melakukan end‐user computing, maka ia meminta bantuan kepada
spesialis informasi.
3.
Menyusun Tujuan Sistem
Tujuan
dari sebuah system adalah untuk menentukan kebutuhan informasi. Dan lahirnya
informasi tersebut menentukan kriteria penampilan CBIS yaitu standart penampilannya.
4.
Mengidentifikasi Keadaan Sistem
CBIS
akan beroprasi jika banyak kendala.Beberapa kendala tersebut diakibatkan oleh
lingkungan luar. Sebaiknya semua kendala diidentifikasi sebelum pekerjaan CBIS
dimulai. Agar, disain CBIS bias diarahkan untuk mengatasi kendala tersebut.
5.
Melakukan Studi Kelayakan
Analis
system mengumpulkan informasi untuk melakukan studi kelayakan. Sehingga manajer
dapat memecahkan masalah yang telah didefinisikan atau mencapia tujuan yang
diinginkan.
Lima dimensi kelayakan proyek:
• Teknis : computer dapat mekalukan
proses yang diperlukan.
• Ekonomis : Sistem dapat diatur
secara ekonomis.
• Resmi.
• Oprasional : system akan dan dapat
menerima dukungan dari user.
• Terjadwal : untuk
mengimplementasikan system tidak ada kendala waktu.
6. Membuat
Proposal Proyek Studi
Studi
system akan memberikan dasar yang lengkap untuk disain system baru, mengenai
apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.
Proposal proyek studi terdiri dari:
Bagian 1‐3 pendahuluan, masalah, tujuan, dan kendala.
Bagian 4 menjelaskan kemungkinan
pemecahan masalah dalam sistem dan alternatif.
Bagian 5 penjelasan lebih mendetail
alernatif yang cocok pada suatu keadaan tertentu.
Bagian 6 menjelaskan pengaruh
positif dan negatif sistem pada suatu perusahaan.
Bagian 7 menggambarkan rencana
implementasi umum.
Bagian 8 mengidentifikasi tugas
pelaksanaan studi dan dana yang dibutuhkan.
7.
Menyetujui Atau Tidak Menyetujui Proyek Studi
8.
Menetapkan Mekanisme Pengontrolan
Pengontrolan
proyek dilakukan agar dapat dipastikan bahwa biaya dan waktu memadai.
Pengontrolan proyek meliputi spesifikasi apa yang perlu dilakukan, siapa yang
akan melakukannya, dan kapan pelaksanaannya.
1. Apa
yang perlu dilakukan Komite SIM menggunakan studi kelayakan untu
mengidentifikasi pekerjaan yang akan dijdankan oleh CBIS.
2. Siapa
yang akan melakukannya CIO, yang mewakili komite SIM, selanjutnya memutuskan siapa yang akan melakukan tiap‐tiap pekerjaan subsistem.Spesifikasi disain umum
mengidentifikasi jenis pekerja yang dibutuhkan.
3. Kapan
pekerjaan akan dilakukan Pengetahuan mengenai tugas dan siapa yang akan melakukannya telah diketahui. Hal ini
memungkinkan CIO bisa memperkirakan jumlah waktu yang akan digunakan untuk
rnelakukan pekerjaan tersebut.
Fase
Analisis dan Desain
1. Mengumumkan Proyek Studi
Jika
perusahaan mengimplementasikan jenis aplikasi kornputer yang baru, maka
manajemen harm bisa meredakan kekhawatiran para pekerja. Cara terbaik untuk
menghilangkan kekhawatiran mereka adalah dengan menjelaskan apa yang akan
dilakukan oleh komputer.
2. Staf Untuk Proyek Studi
Team
atau beberapa team proyek yang akan melakukan studi sistem diatur nmatau
disusun. Sebuah team terbentuk atas para pemakai dan satu analis sistem atau
lebih.
3. Mendefinisikan Keperluan
Informasi
Analis
harus mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan informasi dari pemakai. Analis
tersebut adalah dengan melakukan :
• Interview Perorangan
• Obeservasi
• Pencarian Record
• Survey
4. Mendefinisikan Kriteria
Penampilan Sistem
Bila
kebutuhan informasi untuk rnanajer telah didefinisikan, maka sekarang
dimungkinkan untuk menentukan dengan tepat apa yang hams dilakukan CBIS. Ini
adalah kriteria penampilan yang telah dinyatakan secara umum pada waktu fase
perencanaan.
5. Merancang Subsistem Secara lengkap
Dalam
merancang subsistem secara lengkap, analis menggunakan alat dokumentasi yang
dijelaskan dalam lampiran. Kombinasi alat yang baik terdiri atas. (1) diagram
arus data untuk mendokumentasikan pemrosesan dengan cara yang ringkas, (2)
bahasa Inggris terstruktur untuk mendokumentasikan pemrosesan secara lengkap,
(3) kamus data untuk mendokumentasikan data.
6. Mengidentifikasi Konfigurasi
Peralatan Alternatif
Tugas
berikutnya bagi analis adalah menentukan konfigurasi peralatan komputerisasi,
yang akan memungkinkan program dapat menjalankan pernrosesan dengan cara yang
efisien. Penentuan atau pemilihan ini adalah proses yang urut, yang dimulai
deilgan pengidentiftkasian berbagai macarn kombinasi pefalatan yang dapat
menjalankan tiap program.
7. Mengevaluasi Konfigurasi
Alternatif
Analis,
yang bekerja sarna dengan manajer, mengevaluasi tiga alternatif entri pesanan.
Salah satu yang terpilih adalah yang paling cocok bagi subsistem dalarn
mencapai tujuannya. Namun ia mempunyai kendala. Subsistem yang lain dievaluasi
dengan cara 'yang sama. Di sini analis dan manajer mengidentifikasi konfigurasi
terbaiknya. Kemudian, mereka harus mempertimbangkan semua subsistem secara
bersamasama untuk rnengidentifikasi sebuah konfigurasi yang dapat rnemberikan
dukungan terbaik bagi sistem secara keseluruhan.
8. Menentukan Konfigurasi Yang
Terbaik
Analis
mengevaluasi semua konfigurasi subsistem dan mengatur kombinasi peralatan,
sehingga semua subsistem akan sesuai dengan satu konfigurasi. Sebagai contoh,
input OCR munglun diganti dengan input terminal CRT untuk subsistem
inventarisasi dan account receivable. Bila hal ini telah dilakukan, analis
membuat rekomendasi kepada manajer untuk persetujuan. Jika konfigurasi tersebut
tidak dapat diterima, analis rnelanjutkan pekerjaannya bersarna manajer sarnpai
dicapai kesepakatan. Bila manajer telah menyetujui konfigurasi yang telah
dibuat, maka konfigurasi tersebut dimintakan persetujuan kepada komite SIM.
9. Membuat Proposal Proyek
Pengimplementasian
Sebelum
manajer mengalokasikan dana tambahan untuk menutup biaya pada fase
pengimplementasian, analis harus melakukan pengaturan yang akan dilakukan.
Analisis membuat implementation project proposal (proposal proyek
pengimplementasian) yang memberikan kerangka bagi pekerjaan yang akan
dilakukan, keuntungan yang diharapkan, dan biaya.
10.Menyetujui atau Tidak Menyetujui
Proyek Pengimplementasian
Selama
pelaksanaan studi sistem, CIO terus memberikan informasi kemajuan kepada
kornite SIM, dan ia meminta saran kepada komite bila muncul pertanyaan yang
sangat penting. Hasil dari situasi yang sehat ini datang ketika kornite
menyetujui atau tidak menyetujui proyek pengimplementasian. Komite meninjau
kembali proposal yang dibuat atas bantuannya.
11.Melengkapi Dokumentasi Sistem
Adanya
kesetujuan terhadap pengimplementasian menunjukkan bahwa usaha analisis dan
disain berhasil. Langkah terakhir adalah melengkapi dokumentasi yang memberikan
hubungan komunikasi kepada fase implementasi.
Fase
Implementasi
1. Merencanakan Implementasi
Mekanisme pengontrolan
ditetapkan pada akhir fase perenCanaan dalam bentuk grafik atau diagram
jaringan. Mekanisme pengontrolan terus diperbaharui dan dibuat lebih lengkap.
Manajer dan spesialis informasi mempunyai pengetahuan tertentu mengenai desain
sistem, dan mereka bisa menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengembangkan
rencana implementasi yang sangat lengkap atau detail agar sistem yang baru bisa
digunakan.
2. Mengumumkan Proyek Implementasi
Proyek Implementasi
diumumkan kepada para pekerja seperti cara mengumumkan studi sistem. Tujuannya
untuk menghilangkan kekhawatiran kekhawatiran para pekerja. Tujuan lainnya,
yaitu meminta dukungan dari para pekerja. Banyak pekerja yang akan terlibat
dengan pengimplementasian tersebut, dan dibutuhkan ketja sama dari mereka.
3. Mengorganisir Staff Pelayanan Informasi
Selagi bidang administrasi
komunikasi data dan database mengembangkan desain, maka dilakukan usaha
perekrutan dan training untuk mendapatkan staf pemrograman sesuai dengan
kebutuhan jumlah dan keterampilan yang direncanakan. Sekarang, programmer
dimasukkan ke dalam team proyek.
4. Menentukan Komputer
• Meminta Proposal, desain system harus bisa dilihat oleh pemasok. Yang
menawarkan berbagai jenis peralatan komputerisasi, dimana berisi konfigurasi
yang telah di setujui. Dan setip pemasok harus di beri request for
proposal(RFP). RFP bertugas meringkas bagian dari proposal study system dan
proposal proyek. Paket dokumentasi program yang diseertakan RFP berisisi
deskripsi yang detail mengenai tiap program, kaitannya dengan input, proses
utama dan output.
• Proposal dari pemasok
Jika pemasok ingin mendapatkan pesanan, maka ia harus membuat proposal yang
menjelaskan sejauh mana peralatannya dapat memenuhi kriteria penampilan yang
sebagain besarnya proposal tertulis Beberapa proposal hanya berbentuk surat,
sedangkan proposal yang lain bisa bersifat sangat lengkap.
• Pemilihan pemasok
Salah satu cara perusahan mengetahui apakah kriteria penampilan memenuhi
sistem adalah dengan menetapkan benchmark problem (masalah benchmark / yang
bisa menunjukkan tingkat penilaian) bagi tiap pemasok untuk dipecahkan dengan
hardaware yang diajukannya. Dan penggunaan masalah benchmark bisa menentukan
tingkat pemilihan pemasok.
5. Membuat Perpustakaan Software
Bila perusahaan memutuskan
untuk membuat sendiri software aplikasinya, maka programmer menggunakan
dokumentasi yang dibuat oleh analis sistem sebagai point awal. Programmer
mungkin akan membuat dokumentasi yang lebih detail; misalnya deskripsi bahasa
Inggris terstruktur dan deskripsi kamus data. Pengkodean dilakukan dan program
diuji. Hasil dari semua ini adalah perpustakaan software yang berisi program
aplikasi.
6. Membuat Database
Tingkat kesulitan
pembuatan database jika (1) pemisahaan sedang melakukan perubahan dari sistem
file manual menjadi sistem dengan media komputer, (2) file tersebut jumlahnya
besar, (3) file tersebut berisi data yang sangat lama. dan (4) beberapa data
belum diurus pada waktu lalu. Administrator database (DBA) bertanggung jawab
atas semua fase aktivitas database. Bila skema database telah dibuat maka DBA
dapat memberikan pedoman pemilihan DBMS kepada komite SIM mengenai DBMS mana
yang terbaik, dan selanjutnya komite membuat keputusan. Bila keputusan ini
telah dibuat, DBA melakukan pembuatan database dan memberikan training kepada
pemakai.
7. Mendidik Peserta Dan Pemakai
• Pendidikan internal :
Para pekerja di tingkat operasional harus mempelajari cara melakukan tugas
pengarsipan form, pengoperasian terminal, dan penggunaan output. Manajer harus
memahami peranan departemennya dalam sistem baru, mengetahui arus data dan
informasi yang menghubungkan departemen, mengetahui cara menggunakan sistem
tersebut.
• Pendidikan Lingkungan
Pemasok dan pelanggan umumnya perIu lebih banyak informasi mengenai sistem
baru tersebut dari pada anggota lingkungan yang lain. Pendidikan ini dapat
dilakukan oleh anggota dari departemen hubungan industri perusahaan, yang
dibantu oleh staf pelayanan informasi. Orang‐orang yang
perlu disertakan dalam pendidlkan dan jenis pendidikan yang dibutuhkan harus
diidentifikasi pada awal siklus hidup sistem tersebut. Kemudian, program
pendidikan dapat dijadwalkan pada waktu yang tepat sebelum bahan yang
dipelajari tersebut diterapkan.
8. Membuat Fasilitas Fisik
Pekerjaan yang diperlukan
untuk membuat fasilitas fisik guna menempatkan komputer tergantung pada jumlah
dan jenis hardware yang diperlukan. Bila hanya akan menginstal beberapa unit
tambahan, maka mungkin mereka dapat ditempatkan dalam area yang telah ada.
9. Mengganti Dengan Sistem Yang Baru
Proses penghentian
penggunaan sistem lama dan memulai penggunaan sistem baru disebut cutover. Ada
tiga cara pokok, yaitu
• Segera : Cara yang paling sederhana adalah dengan mengubah sistem lama
menjadi sistem baru pada hari yang telah ditentukan
• Bertahap : Jika keseluruhan sistem tidak dapat diubah sekaligus, maka ia
dapat dibagi ke dalam subsistem dan mengubah tiap subsistem pada waktu yang
berlainan.
• Paralel : Sistem yang lama masih terus digunakan sampai sistem yang baru
secara penuh dapat dioperasikan. Cara ini memberikan keamanan yang tinggi dalam
penjagaan kegagalan, namun biayanya paling mahal, sebab ada dua set sumber yang
harus dipelihara. Keuntungannya adalah bahwa dengan cara ini masalah yang ada
dalam sistem baru sepenuhnya dapat ditiadakan dengan menggunakan data hidup,
sebelum sistem yang lama dilepas. Bila penggantian ini telah berhasil
diselesaikan, maka dimulailah fase operasi.
Fase Operasi
Sesudah
penggantian, yaitu jika sistem baru sudah terpasang, maka dilakukanlah post
implementation review (tinjauan post‐implementasi)
untuk mengevaluasi sejauh mana sistem tersebut memenuhi kriteria penampilan.
Tinjauan (review) ini diulangi terus, mungkin secara tahunan, sepanjang
kehidupan operasi sistem tersebut.
Pengaruh
yang Baru pada Siklus Hidup Sistem
Siklus
hidup sistem bersifat sangat tradisional. Semua perencanaan dilakukan, diikuti
dengan semua analisis, dan kemudian semua disain, dan seternsnya. Akhir‐akhir ini ada dua inovasi dalam pengembangan sistem
yang mempunyai pengaruh atas cara tradisional tersebut. Pengaruh tersebut
adalah prototyping dan CASE.
Prototyping
Prototip
memberikan ide mengenai bagaimana sistem dalam bentuk lengkapnya nanti akan
berfungsi. Proses pembuatan prototip disebut prototyping, dan hal ini paling
cocok diterapkan untuk situasi dimana pemakai tidak mengetahui sepenuhnya
mengenai apa yang ia inginkan. Dengan adanya prototip, pemakai lebih dapat
mengetahui kemungkinan yang ada, dan dengan adanya pemahaman yang lebih baik
ini, ia dapat memicu spesifikasi yang lebih tepat.
Langkah
Prototyping:
1. Mengidentifikasi kebutuhan
pemakai : Hal ini dapat dilakukan oleh analis sistem, terutama dengan cam
interview perorangan.
2. Mengembangkan prototip: Analis
sistem dan programmer menggunakan alat untuk pembuatan prototip, misalnya 4GL,
DBMS, spreadsheet elektronik, dan bahasa pemodelan.
3. Mengevaluasi prototip: Analis dan
programmer memberitahu pemakai dalam menggunakan prototip dan memberi
kesempatan pada pemakai untuk mengenal sistem ini.
4. Menentukan apakah prototip
tersebut dapat diterima: Pemakai membeii. masukan kepada analis dan programmer
apakah prototip tersebut memuaskan atau tidak. Jika ya, maka dilanjutkan
Langkah
6, dan jika tidak, maka dilakukan
Langkah 5
5. Merevisi prototip: Analis dan
programmer mengubah prototip tersebut sesuai dengan saran dari pemakai.
Prototip yang telah direvisi dikemukakan lagi kepada pemakai, dan diulangi lagi
Langkah 3 dan 4.
6. Menggunakan prototip atau
menggantinya dengan sistem operasional: Dalam situasi dimana prototip berisi
semua elemen yang dikehendaki, maka prototip tersebut menjadi sistem
operasional. Dalam situasi dimana prototip hanyalah merupakan shell dari sistem
yang diperlukan yang tidak memenuhi elemen yang dikehendaki, makaprototip tersebut
akan berfungsi sebagai blueprint dari sistem operasi.
Daya Tarik
Prototyping
Pada
tahun 1989, dua orang konsultan yaitu J.M. Carey dan J.D Curry melakukan survey
kepada 90 perusahaan dar berbagai jenis untuk mempelajari pelaksanaan
prototyping mereka. Mereka menemukan enam daya tarik, seperti disebutkan di
bawah ini menurut tingkat frekuensinya:
1. Keterlibatan pemakai yang lebih
baik
2. Pendefinisian keperluan yang
lebih baik
3. Dapat pekerja dengan lebih cepat
4. Perancangan proses online
5. Penentuan kelayakan proyek
6. Pengujian teknologi dan alat yang
baru
Kesulitan
Pelaksanaan Prototyping
Careay
dan Currey juga menemukan kesulitan dalam pelaksanaan cara prototyping.
Berdasarkan urutan rankingnya, kesulitan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pengontrolan atas
wilayah proyek
2. Pengelolalan perubahan terhadap
sistem
3. Kurangnya pedoman yang baku
4. Tidak cukupnya kontrol
pengembangan
5. Tidak cukupnya kontrol aplikasi
6. Kurangnya dokumentasi
7. Ketidakmampuan menggunakannya
sebagai sistem operasional
8. Tak ada daftar pekerjaan yang
baku
9. Penyimpangan arah end‐user
Prototyping
dan Siklus Hidup Sistem
Beberapa
ketidaksepakatan mengenai apakah prototyping dapat digabungkan dengan siklus
hidup sistem muncul. Beberapa yang mempunyai kewenangan yakiIi bahwa siklus
hidup telah sepenuhnya diganti. Menurut pendapat kita, prototyping dapat
mengganti siklus hidup jangka pendek dari subsistem dalam CBIS, seperti DSS dan
expert system, namun ia tidak mengganti I siklus hidup untuk CBIS secara
keseluruhan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan materi diatas
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Siklus hidup sistem atau juga bisa disebut dengan (System Life Cycle-SLC) adalah proses evolusi yang diikuti oleh
pelaksanaan system informasi dasar-dasar atau subsistem. Telah ada pendekatan
implementasi tradisional sepanjang era komputer, dan ada perjanjian umum antara
ahli-ahli komputer sehubungan dengan tugas-tugas yang dilaksanakan.
2.
System Life Cycle terdiri dari lima fase yaitu : (1) Fase Perencanaan, Fase ini dimulai dengan mendefinisikan
masalah dan dilanjutkan dengan sistem penunjukan objektif dan paksaan. (2) Fase
Analisis, Fase ini mempunyai tugas penting yaitu menunjukkan kebutuhan pemakai
informasi dan menentukan tingkat penampilan sistem yang diperlukan untuk
memuaskan kebutuhan tersebut. (3) Fase Desain, Fase Desain ini meliputi
penentuan pemrosesan dan data yang dibutuhkan oleh sistem yang baru, dan
pemilihan konfigurasi terbaik dari hardware yang menyediakan desain. (4) Fase Pelaksanaan / Implementasi, Fase ini melibatkan
beberapa spesialis informasi tambahan yang mengubah desain dari bentuk kertas
menjadi satu dalam hardware, software, dan data. (5) Fase Pemakaian / Operasi,
Selama fase penggunaan, audit memimpin pelaksanaannya untuk menjamin bahwa
sistem benar-benar dikerjakan, dan pemeliharaannya pun dilakukan sehingga
sistem dapat menyediakan kebutuhan yang diinginkan.
3.
Manfaat dari perencanaan proyek CBIS, (1) Mendefinisikan lingkup proyek:
membantu estimasi awal dalam menentukan skala sumber yang dibutuhkan. (2)
Mengetahui bidang masalah yang potensial: dapat mengetahui hal yang mungkin
akan mengalami masalah, Sehingga dapat mencegahnya. (3) Mengatur urutan tugas:
disusun dalam urutan yang logis berdasarkan prioritas informasi dan keperluan
Efisiensi. (4) Memberikan dasar pengontrolan: sebelumnya tiap team proyek harus
mendefinisikan apa yang perlu Dikerjakan, siapa yang akan mengerjakan, dan
kapan pekerjaan itu akan dilakukan. Tim menyampaikan ini pada komite sim,
sehingga komite dapat melakukan pengontrolan seluruh proyek tersebut.
Saran
Dua cara perencanaan alternatif
untuk melakukan proyek CBIS agar berjalan lebih baik yaitu dengan cara,
Objective Orientation (orientasi tujuan) digunakan bila CBIS gagal dilakukan
dan Problem Orientation (orientasi masalah) digunakan system yang telah ada
hanya perlu dimodifikasi agar dapat menangani masalah lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
- rafqiiachmat.wordpress.com/
- farida.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/20011/siklus+hidup.pdf
- bolacahaya.blogspot.com/2010/01/siklus-hidup-sistem.html
Komentar
Posting Komentar